Tugas Kewirausahaan bu Yuslinda

DAYA TARIK WARUNG MAK NO SEBAGAI WARUNG MAKAN DENGAN HARGA TERJANGKAU

MAKALAH

oleh :


Prastica Anggi Teresia NIM 100910302045
Abdul Aziz NIM 100910302036
Tri Mahendra NIM 100910302032
Didi Chairus S NIM 100910302033
Imam Sunarto NIM 100910302020
Siti Nur Fauziaturahma NIM 100910302022
Reza Anita Teranova NIM 100910302009
Aprillia Maharani NIM 100910302021



JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2010


ABSTRACT

Make achievable price in runs effort is important factor in supports effort success, this watchfulness aim to detect to how Mak No cafe can creat a food price. so that many student universities that love to eat at Mak No cafe, study result has showed that strategy that used to make price at Mak No cafe can interesting many purchases. sell food at the price of achievable can to give positive effect in Mak No cafe, this matter can be showed with Mak No cafe income significant. price maker determination is of vital importance in do effort, to make effort can bloom for old ones period.
Key words:make achievable price,strategy to make price,positive effect.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai setiap perusahaan sebenarnya sama,yaitu mereka ingin mencapai laba yang optimal dalam jangka panjang sehingga kelangsungan perusahaan itu dapat terjamin.
Suatu perusahaan akan berjalan dengan baik apabila menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dan penuh tanggung jawab.Dimulai dari perencanaan,pengorganisasian,motivasi dan pengawasan yang telah ada didalamnya.Selain itu penentuan harga juga harus dipertimbangkan dengan baik.
Harga yang terjangkau memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan.Harga yang terjangkau merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai sukses dalam suatu perusahaan.
Warung Mak No merupakan warung yang menyediakan makanan dengan haga terjangkau.Berkaitan dengan penyediaan makanan dengan harga yang terjangkau,Warung Mak No selalu berusaha untuk menjual makanan dengan harga yang relatif tetap meskipun kondisi harga untuk bahan baku sedang naik turun.
Warung Mak No yang telah berdiri sejak tahun 1980 itu telah banyak memberikan kontribusi kepada mahasiswa,terutama mahasiswa Unej.Harga yang terjangkau menjadi daya tarik tersendiri bagi warung Mak No.
Berdasarkan latar belakang diatas,peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dan menyajikan dalam suatu karya ilmiah berupa makalah tentang daya tarik warung warung Mak No dikalangan mahasiswa Universitas Jember sebagai warung makan dengan harga terjangkau.

1.2 Rumusan Masalah
Menjual makanan dengan haga yang terjangkau pada warung Mak No merupakan suatu hal yang dilakukan untuk menarik para pelanggan.Berdasarkan latar belakang tersebut,peneliti menarik suatu masalah dalam penelitian,yaitu adanya kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari penjualan makanan tersebut,atau ada warung yang merasa tersaingi.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penilitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah daya tarik Warung Mak No di kalangan mahasiswa Unej sebagai warung makan dengan harga terjangkau
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a.bagi peneliti
Penelitian ini merupakan sebuah bentuk praktik lapangan yang merupakan refleksi dari teori-teori yang telah didapatkan di bangku kuliah.Selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah pengalaman,wawasan dan pengetahuan.
b.bagi perusahaan
Adapun manfaat perusahaan ini bagi perusahaan yaitu bisa memberikan evaluasi dan informasi dalam hal bagaimana menciptakan harga terjangkau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penentuan Harga
Penentuan harga menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan dalam perusahaan.Dengan menentukan harga yang terjangkau,maka akan banyak menarik pelanggan.
2.1.1 Strategi Penentuan Harga
Ketika suatu perusahaan telah menetapkan harga dasar dari suatu produk barang atau jasa maka perusahaan dapat menentukan strategi harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti harga kompetitor, tujuan perusahaan dan daur hidup produk. Strategi tersebut dapat digunakan untuk produk yang baru maupun yang lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.Berikut ini merupakan berbagai pilihan teknik / strategi penentuan harga :
a. Strategi Penentuan Harga Pada Produk Baru
1) Skimming Price
Strategi skimming adalah menetapkan harga awal yang tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama akan terus turun harganya.
2) Penetration Price / Harga Penetrasi
Strategi harga penetrasi adalah menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen.
b. Stretegi Penentuan Harga Yang Mempengaruhi Psikologis Konsumen
1) Prestige Pricing / Harga Prestis
Strategi harga Prestige Price adalah menetapkan harga yang tinggi demi membentuk image kualitas produk yang tinggi yang umumnya dipakai untuk produk shopping dan specialty.
2) Odd Pricing / Harga Ganjil
Strategi harga odd price adalah menetapkan harga yang ganjil atau sedikit di bawah harga yang telah ditentukan dengan tujuan secara psikologis pembeli akan mengira produk yang akan dibeli lebih murah.
3) Multiple-Unit Pricing / Harga Rabat
Strategi harga multiple unit price adalah memberikan potongan harga tertentu apabila konsumen membeli produk dalam jumlah yang banyak.
4) Price Lining / Harga Lini
Strategi harga lining pricing adalah memberikan cakupan harga yang berbeda pada lini produk yang beda.
5) Leader Pricing / Pemimpin Harga
Strategi harga leader price adalah menetapkan harga lebih rendah daripada harga pasar / harga normal untuk meningkatkan omset penjualan / pembeli
c. Strategi Penentuan Harga Diskon / Potongan Harga
Strategi harga diskon pada penjual adalah strategi dengan memberikan potongan harga dari harga yang duah ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon dapat diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas, diskon pembayaran tunai.
d. Stretegi Penentuan Harga Kompetitif
1) Relative Pricing / Harga Relatif
Strategi harga relative price adalah menentukan harga di atas, di bawah atau sama dengan tingkat harga persaingan di mana gerakan harganya mengikuti gerakan pesaing.
2) Follow The Leader Pricing
Strategi harga follow the leader price adalah penetapan harga produk baik barang maupun jasa diserahkan para pimpinan pasar / penimpin pasar dan tidak menetapkan harga sendiri.
2.1.2 Strategi Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan dalam melakuk an usaha guna mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba, Pasar secara umum, dapat dikatakan sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Adapun definisinya menurut Soeprihanto (1998) adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan, dan mempunyai kemauan untuk membelanjakannya.
Pernasaran memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari, baik pemasaran barang maupun jasa. Sebab melalui proses pemasaran, segala macam barang dan jasa dapat sarnpai kepada konsumen dan memuaskan keiriginannya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang manajemen pemasaran, khususnya variabel-variabel yang berpengaruh dalam presses keputusan pembelian, ntaka perlu diketahui pula beberapa pengertian tentang manajemen pemasaran.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Pasar secara umum dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Adapun definisi pasar menurut Soeprihanto (1998) adalah orang-orang yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, mempunyai uang untuk dibelanjakan dan mempunyai kemauan untuk membelanjakannya. Beberapa ahli telah mendefinisikan pemasaran dimana definisi antara satu dengan yang lainnya tampak berbeda, tetapi sebenarnya daiam ilmu sosial tidak ada definisi yang berlaku mutlak, melainkan tunduk kepada peninjauan kembali yang disebabkan oleh berubahnya kehidupan masyarakat.Definisi yang dapat menerangkan secara jelas arti pentingnya pemasaran telah dikemukakan oleh Stanton (dalam Dharmmesta, 1990) adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun yang potensial.
Pemasaran bermula dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan dan keinginan menciptakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam diri seseorang, yang dipecahkan melalui pemilihan produk-produk untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan tersebut. Kegiatan pemasaran harus dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang baik, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pemasaran. Definisi pemasaran dikemukakan oleh Kotler (2000), sebagai analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang direncanakan untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembelian untuk tujuan mencapai objektif organisasi.
Manajemen pemasaran di rumuskan sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menimbulkan suatu pertukaran yang diinginkan, baik yang menyangkut barang maupun jasa serta dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Konsep Harga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Dharmmesta dan Irwan, 1990). Harga suatu barang sangat mempengaruhi apakah suatu barang dapat memasuki pasar atau tidak. Penetapan harga suatu barang bagi manajemen merupakan salah satu keputusan yang sangat penting karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi semua ongkos atau bahkan lebih dari itu yaitu untuk mendapatkan laba. Jika harga-harga ditetapkan terlalu tinggi rnaka akan berakibat kurang menguntungkan bagi perusahaan karena dapat mengakibatkan kerugian. Salah satu prinsip bagi manajemen dalam penentuan harga adalah menitik beratkan pada kemamnpuan pembeli atas harga yang telah ditetapkan dengan jalan untuk mendapatkan laba. Menurut Thomson (2001) harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran uang bagi barang atau jasa. Para konsumen untuk mendapatkan suatu “harga yang pantas”. “Harga yang pantas sesungguhnya berarti nilai yang dipersepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan”.
Konsep Merek
Merek (Brand) adalah penggunaan nama, tanda, desain untuk membedakan suatu barang atau jasa yang dibuat oleh satu atau sekelompok produsen dengan barang atau jasa yang dihasilkan produk lain (Marwan Asri, 1991). Merek yang baik juga mampu ber”komunikasi” menjelaskan produk apa dan siapa pembuatnya.
Stanton (dalam Marwan Asri, 1991) mengemukakan beberapa persyaratan untuk dapat dikatakan sebagai merek yang baik yaitu:
1. Menjelaskan sesuatu tentang karakteristik produk seperti manfaat penggunaannya atau bekerjanya produk.
2. Mudah dieja, diucapkan dan diingat. Sehingga merek yang sederhana dan singkat lebih diutamakan.
3. Mengandung arti adanya “Perbedaan” atau sesuatu yang khusus dibandingkan dengan merek lain.
4. Dapat diterapkan pada produk baru yang sebelumnya tidak ada dalam produk line.
5. Dapat didaftarkan dan mendapatkan perlindungan hukum salah satu hal yang tampaknya perlu dipenuhi disini adalah bahwa nama tersebut tidak/belum pernah dimiliki oleh produk atau produsen lain.
Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang diproduksi pabrik. Sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen. Konsumen biasanya tidak menjalin relasi dengan barang dan jasa tertentu, namun sebaliknya membina hubungan yang kuat dengan merek spesifik. Secara ringkas, merek merupakan salah satu terpenting perusahaan (Fandy Tjiptono, 2004).
Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian tetapi tidak rnelihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan yang tinggi ini seringkali didasarkan pada kenyataan bahwa pembelian tersebut bersifat mahal, jarang dan beresiko. Dalam kasus ini, pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia, tetapi akan membeli dengan cukup cepat karena perbedaan merek tidak nyata.
Fasilitas dan pelayanan
Fasilitas dan layanan adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, dimana pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2000). Semakin banyak fasilitas dan layanan yang ditawarkan kepada konsumen maka semakin banyak keinginan konsumen untuk nienggunakan produk tersebut, oleh karena itu setiap perusahaan harus bisa lebih kreatif dan inovatif dalam memproduksi suatu produk yang bisa membuat konsumen tertarik untuk menggunakannya. Dengan adanya fasilitas dan layanan tersebut, konsumen akan berpikir dapat memudahkan mereka dalam melakukan kegiatannya setiap hari.
Fasilitas layanan berperan penting meningkatkan harga jual suatu produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.
Konsep Perilaku Konsumen
Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli agar bersedia membeli harang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Agar tujuan tersebut tercapai maka setiap perusahaan harus memahami tentang perilaku konsumen. Setiap manajer pemasaran harus memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku konsumen sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk secara lebih baik.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1990), perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk didalamnya adalah proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Analisis perilaku konsumen realistik hendaknya juga menganalisis proses-proses yang tidak dapat/sulit diamati, yang selalu menyertai setiap pembelian. Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau yang dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana, kebiasaannya, dan dalam kondisi yang seperti apa barang-barang dant jasa-jasa tersebut dibeli.
Definisi lain dari perilaku konsumen dikemukakan oleh Shet dan Mittal dalam Fandy Tjiptono (2004) sebagai aktivitas mental dan fisik yang dilakukan oleh pelanggan rumah tangga (konsumen akhir) dan pelanggan bisnis yang menghasilkan keputusan untuk membayar, membeli dan menggunakan produk dan jasa tertenta.
Beberapa definisi diatas memiliki kemiripan satu sama lain secara skematis dimensi perilaku konsumen meliputi 3 aspek utama yakni tipe perilaku dan peranan pelanggan.
1) Tipe pelanggan
Konsumen akhir atau konsumen rumah tangga yaitu konsumen yang melakukan pembelian untuk kepentingan diri sendiri, keluarga atau keperluan bagi maupun bermaksud memperjual belikan.Konsumen bisnis adalah jenis konsumen yang melakukan pembelian untuk keperluan proses lebih lanjut, kemudian dijual (produsen), disewakan kepada pihak lain, dijual kepada pihak lain (pedagang) digunakan untuk keperluan layanan sosial dan kepentingan publik.
2) Peranan konsumen
User adalah orang yang benar-benar mengonsumsi/menggunakan produk atau mendapatkan manfaat dari produk/jasa yang dibeli. Payers adalah orang yang mendanai atau membiayai pembelian. Buyers adalah orang yang berpartisipasi dalam pengadaan produk dari pasar.
3) Perilaku pelanggan
Aktivitas mental, seperti menilai kesesuaian merek produk, menilai kualitas produk berdasarkan informasi yang diperoleh dari iklan dan mengevaluasi pengalaman dari konsutmsi produk atau jasa.Aktivitas fisik meliputi mengunjungi toko, membaca panduan atau katalog, berinteraksi dengan wiraniaga dan memesan produk.
Keputusan membeli
Proses pembelian diawali ketika seseorang mendapatkan stimulus (pikiran, tindakan atau motivasi) yang mendorong dirinya untuk mempertimbangkan pembelian barang dan pembelian jasa tertentu. Salah satu perbedaan fungsi mental antara pembelian barang atau pembelian jasa adalah menyangkut proses produksi dan konsumsi. Pada proses pembelian, tahap pembelian dan konsumen biasanya terpisah. Meskipun terdapat interaksi antara pemasaran dan pelanggan selama tahap pembelian aktual, tahap pemakaian barang biasanya terlepas dan pengaruh langsung para pemasar. Pelanggan biasa memilih kapan, dimana dan bagaimana mereka menggunakan produk. Sebaliknya sebagian besar jasa berpeluang besar untuk secara aktif membantu pelanggan memaksimumkan nilai dan pengalaman konsumsinya. Penyediaan jasa biasa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi (Fandy Tjiptono, 2004)
Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian merek. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu : (Dharmmesta dan Handoko, 2000).
1) Menganalisis Kebutuhan dan Keinginan
Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan-kebutuhan yang sama-sama harus dipenuhi. Jadi dari tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan.
2) Pencarian informasi dan penilaian sumber-sumber
Tahap kedua dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya, untuk memenuni kebutuhan dan keinginan yang dirasakan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbedaan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif mungkin hanya dengan membaca suatu pengiklanan dimajalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus tentang gambaran produk yang diinginkan.
3) Penilaian dan Seleksi Terhadap Alternativ Pembelian
Tahapan ini meliputi 2 tahapan yakni menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestise, ada yang hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendek, ada juga yang ingin meningkatkan pengetahuan.
4) Reputusan untuk Membeli
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap di atas dilakukan, maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen membeli maka akan dijumpai serangkaian keputusan yang haras diambil menyangkut jenis produk, merek, penjualan, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayaran.
5) Perilaku Sesudah Membeli
Semua tahapan yang ada di dalam proses pembelian sampai dengan tahap kelima adalah bersifat operatif. Bagi perusahaan, perasaan dan perilaku sesudah pembelian juga sangat penting. Perilaku mereka dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli pihak lain yang menggunakan produk perusahaan.
Pengaruh Harga, Loyalitas Merek, Fasilitas dan Layanan Terhadap Keputusan Pembelian
Manajemen pemasaran mempunyai program kegiatan manajemen lain yang menitik beratkan pada keberhasilan suatu usaha pemasaran. Pemasaran didefinisikan oleh Stanton sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun potensial. (Uftarmmesta, 2000)
Pemasaran merupakan salah satu unsur pokok yang dilakukan oleh para pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Perkembangan masyarakat dan teknologi telah menyebabkan perkembangan konsep pemasaran. Kalau perusahaan ingin berhasil atau bahkan dapat hidup terus, maka perasahaan harus dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalam masyarakat, variabel-variabei ekstern seperti ekologi, politik, hukum, ekonomi dan sebagainya dapat mempengaruhi program pemasaran perusahaan. Variabel kepuasan konsumen dapat terjadi karena kegiatan pemasaran berorientasi kepada pembeli, atau kepada masyarakat Manajemen pemasaran banyak bersangkut paut dengan masalah penciptaan dan penyampaian kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu konsep pemasaran masyarakat ini disebut sebagai konsep pemasaran yang baru.
Bagi suatu perusahaan, harga produk yang telah ditetapkan merupakan penentuan terciptanya permintaan pasar yang dapat mempengaruhi strategi pemasaran yang akan digunakan. Oleh sebab itu perusahaan diharapkan dapat menentukan harga paling sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen. Apabila konsumen menerima harga yang paling sesuai dengan produk yang ditawarkan maka konsumen akan tertarik untuk membeli produk tersebut begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan perlu mengukur berapa biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari yang diperoleh nantinya.
Pada saat ini perusahaan dituntut untuk tanggap terhadap cara-cara kebiasaan yang ada di masyarakat. Dengan konsep pemasaran baru ini atau konsep pemasaran masyarakat, perusahaan berusaha memberikan kemakmuran kepada konsumen dan masyarakat untuk jangka panjang, oleh sebab itu setiap perusahaan harus bisa mengeluarkan produk yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat mengeluarkan produk yang lebih baik dari pesaing baik dari segi harga, merek, fasilitas dan pelayanannya sehingga dapat memberikan kepuasan loyalitas bagi konsumen baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Strategi Pemasaran
Masyarakat selaku konsumen pembeli perumahan tidak dengan begitu saja membeli rumah tanpa mempunyai pertimbangan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan seperti produk, harga, lokasi, promosi (Kotler & Amstrong 1997). Selain itu, dalam sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (post purchase behavior). Pada tahap ini konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Konsumen perumahan mewah selain membeli untuk tinggal, mereka juga mengharapkan adanya pencapaian kepuasan (Property 2000). Oleh karena itu, di dalam memasarkan perumahan mewah, para pengembang harus mampu menciptakan kepuasan bagi para konsumennya.Untuk mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para pengembang perlu memiliki suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena strategi pemasaran juga merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang digunakan untuk melayani pasar sasaran (Tull & Kahle dalam Tjiptono 1997).
Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan perumahan untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran pemasaran) yang dapat meliputi product, price, promotion, dan physical evidence (Pawitra 1993). Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang diharapkan mampu menciptakan kepuasan konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk.
Pembangunan perumahan untuk kelompok masyarakat menengah ke atas cenderung dilakukan oleh para pengembang swasta, dimana mereka lebih menekankan pada profit orientied. Untuk mencapai tujuan tersebut, penekanan pada daya tarik bentuk rumah yang mereka bangun lebih diutamakan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan para konsultan pembangunan perumahan, sehingga perumahan yang mereka bangun mampu menghasilkan bentuk yang menarik konsumen untuk membelinya. Sedangkan beberapa hal seperti konstruksi, sarana jalan, saluran, dan fasilitas-fasilitas umum yang seharusnya ada dalam kompleks perumahan yang mereka bangun, cenderung diabaikan. Dengan demikian, ketidakpuasan konsumen mungkin akan muncul setelah membeli rumah yang dipasarkan oleh para pengembang.
Bertitik tolak pada paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pola pemikiran yang berkembang dalam pembelian rumah di era sekarang ini, terutama untuk rumah kelas menengah ke atas adalah bahwa rumah tidak hanya sebagai tempat berlindung, namun juga berfungsi sebagai tempat tinggal yang nyaman, sehat, bahkan estetika menjadi bahan pertimbangan mereka dalam pembelian rumah. Dengan demikian, para pengembang harus mampu memberikan pelayanan yang optimal untuk memberikan kepuasan pada konsumennya. Oleh karena itu, selain faktor teknis, para pengembang perlu mengetahui dan mengerti mengenai prilaku konsumen dalam memasarkan produknya. Karena dengan mempelajari perilaku konsumen para pengembang akan banyak memperoleh informasi tentang keterlibatan konsumen secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan sekaligus menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Engel, Well, & Miniard 1994).
Pengertian pemasaran yang berkaitan dengan produk berupa real estate dan property adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan rumah tinggal dan atau ruang usaha, dengan cara pengalihan hak atas produk tersebut dari perusahaan kepada konsumen melalui proses pertukaran (Santoso 2000).
Marketing mix (bauran pemasaran) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran (Kotler 1999). Secara umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang mengintegrasikan produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan distribusi (place), dimana kesemuanya itu diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para konsumen.
Sejalan dengan semakin kompetitifnya dunia bisnis, 4-P tersebut berkembang. Pawitra (1993) menegaskan bauran pemasaran meliputi 7-P yaitu product, place, price, promotion, participant, physical evidence dan process. Sedangkan Payne (1993) menyatakan bauran pemasaran terdiri dari product, place, price, promotion, people, processes dan provision of consumer service.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka bauran pemasaran dapat meliputi produk, harga, lokasi, promosi, dan bukti fisik.Sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (terutama dalam pengambilan keputusan yang luas). Dalam tahap ini konsumen merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, ia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa datang. Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal yang baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain. Oleh karena itu, pembeli yang puas merupakan iklan yang terbaik (Bayus dalam Kotler et al. 1996).
Kotler (1999) memandang kepuasan sebagai fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pembeli akan kecewa. Jika ia sesuai harapan, pembeli akan puas dan jika ia melebihi harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan konsumen setelah membeli produk akan membedakan apakah mereka akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada orang lain.
Harapan konsumen terbentuk berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lainnya. Apabila penjual melebih-lebihkan manfaat suatu produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai (disconfirmed expectation), yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja yang dihasilkan suatu produk, akan semakin besar ketidakpuasan konsumen.
Konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Berkaitan dengan hal ini, Singh dalam Tjiptono (1997) menyatakan ada tiga kategori tanggapan atau komplain terhadap ketidakpuasan, yaitu
a. Voice response
Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan/atau meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan. Bila pelanggan melakukan hal ini, maka perusahaan masih mungkin memperoleh beberapa manfaat. Pertama, pelanggan memberikan kesempatan sekali lagi kepada perusahaan untuk memuaskan mereka. Kedua, resiko publisitas buruk dapat ditekan, baik publisitas dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, maupun melalui koran/media massa. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ketiga, memberi masukan mengenai kekurangan pelayanan yang perlu diperbaiki perusahaan. Melalui perbaikan (recovery), perusahaan dapat memelihara hubungan baik dan loyalitas pelanggannya.

b. Private response
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega, teman atau keluarganya mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan yang bersangkutan, Umumnya tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat besar bagi citra perusahaan.

c. Third-party response
Tindakan yang dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum; mengadu lewat media massa (misalnya menulis di Surat Pembaca); atau secara langsung mendatangi lembaga konsumen, instansi hukum, dan sebagainya. Tindakan seperti ini sangat ditakuti oleh sebagian besar perusahaan yang tidak memiliki prosedur penanganan keluhan yang baik. Kadangkala pelanggan lebih memilih menyebarluaskan keluhannya kepada masyarakat luas, karena secara psikologis lebih memuaskan. Lagipula mereka yakin akan mendapat tanggapan yang lebih cepat dari perusahaan yang bersangkutan.
Ada empat faktor yang mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu :
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk, persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.



















BAB II METODE PENELITIAN

Dalam suatu observasi tentu dibutuhkan suatu metode penelitian.Metode penelitian digunakan dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan dapat disusun secara sistematis,sesuai dengan kaidah penyusunan karya tulis ilmiah serta hasil penelitian dapat dipertangung jawabkan baik secara ilmiah maupun secara moril kepada khalayak umum
3.1 Jenis Penelitian
Dari segi analisis data penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data penelitian berupa penjabaran dan ulasan dan bersifat deskriptif.
3.2 Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap awal dalam proses observasi,dalam observasi ini tahap persiapannya meliputi:
3.2.1 Studi Kepustakaan
Observasi ini diawali denagn studi kepustakaan untuk mendapatkan literatur-literatur ilmiah.Lieratur yang digunakan berupa artikel-artikel dari internet.Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh informasi yang jelas tentang permasalahan observasi dengan mengumpulkan konsep dan teori.
3.2.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi dimana seorang peneliti melaksanakan observasi untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.Peneliti memilih lokasi pada warung Mak No di Jalan Jawa VII/15 Jember karena:
1) Warung Mak No merupakan warung yang sangat digemari oleh Mahasiswa Unej.Disamping harganya yang terjangkau,warung Mak No juga memberikan kualitas yang baik pada makanan yang dijualnya.
2) Informasi mudah didapatkan oleh peneliti.
3) Lokasi observasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti.
3.2.3 Penelitian Pendahuluan
Melakukan observasi pendahuluan adalah untuk memperoleh gambaran umum objek observasi.Observasi pendahuluan ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan wawancara awal dengan pemilik warung Mak No.Dari obsevasi pendahuluan ini kemudian peneliti kemudian membuat judul daya tarik warung Mak No dikalangan mahasiwa Universitas Jember sebagai warung makan dengan harga terjangkau.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang akurat,valid,sesuai dengan tujuan peneliti.Adapun teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yaitu:
3.3.1 Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah cara memperoleh data mealalui dialog secara langsung dengan narasumber atau pihak-pihak yang mempunyai informasi terkait dengan objek penelitian.Dengan menggunakan teknik ini peneliti bisa memperoleh data-data dari responden yang lebih mendalam.
3.3.2 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan usaha untuk memperoleh data dengan mempelajari dikumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan objek penelitian.Teknik ini akan menghemat waktu dan biaya karena data yang diperlukan telah tersedia.






BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Observasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,ternyata memang benar bahwa warung Mak No merupakan warung yang memiliki daya tarik tersendiri.Ini bisa dilihat dari banyaknya mahasiswa-mahasiswi yang membeli makan disana.Disamping harganya yang terjangkau,kualitas makanannya pun juga terjamin.Ini bisa dilihat dari bahan masakannya yang masih segar,cara memasaknya yang higienis,dan penyajiannya yang tepat.
Warung Mak No yang terkenal memiliki harga terjangkau dan berkualitas sangat digemari Mahasiswa Unej.Pada hari-hari normal warung Mak No buka dari pukul 06.00 pagi dan tutup pada pukul 18.00 sore,dan itu selalu dipadati mahasiswa.Sedangkan pada musim liburan,warung Mak No biasanya tutup.Pada saat Bulan Puasa,warung Mak No hanya buka pada saat tiba waktu sahur dan buka puasa.
Pengunjung yang datang di warung Mak No kebanyakan adalah pelanggan tetap.Mereka yang menjadi pelanggan tetap adalah mereka yang sudah senang dengan warung Mak No.Mahasiswa yang berkunjung yang berkunjung di warung Mak No kebanyakan adalah Mahasiswa Unej,ini karena lokasinya yang dekat dengan Universitas Jember yaitu berada disamping Fakultas Sastra.

4.2 Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di warung Mak No,meskipun di warung Mak No terkenal dengan harganya yang terjangkau,tetapi warung Mak No jarang mengalami kerugian dari hasil penjualannya.Warung Mak No memiliki strategi tersendiri dalam menjalankan usahannya.Bila pada musim perkuliahan yang stabil,warung Mak No memasak masakan dengan porsi yang stabil pula.Namun bila perkuliahan sedang tidak stabil,maka warung Mak No akan memasak dengan porsi yang sedikit.Ini dilakukan agar makanan yang dijualnya dapat habis terjual.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pelanggan di warung Mak No.Mereka cenderung puas dengan masakan yang ada di warung Mak No.Karena pelanggan merasa senang dengan pelayanan penyajian masakan tersebut,masakannya yang diberi bumbu-bumbu yang lengkap telah banyak disukai para pembeli di kalangan mahasiswa.






















BAB V PEMBAHASAN

5.1 Rencana Pemasaran

a. Kondisi peluang pasar
Kondisi peluang pasar pada warung Mak No sangat bagus karena letaknya yang strategis,berada tepat di samping kampus universitas jember di Jawa 07. Selain lokasi yang strategis,makanan yang di jual enak dengan harga terjangkau. Makanan yang di perhidangkan /di jual sangat bermacam-macam sehingga para pembeli bisa memilih makanan sesuai yang diinginkan. Dengan begitu para pembeli tidak akan merasa bosan karena di warung tersebut terdapat berbagai menu makanan. Tidak hanya itu,pelayanan yang di berikan kepada pembeli juga baik. Oleh karena itu,peluang pasar warung Mak No tetap seimbang.

b. Strategi pemasaran
1) Produk
Makanan dan minuman :
a) Nasi campur
b) Nasi pecel
c) Nasi kare
d) Nasi rawon
e) Es teh
f) Es jeruk
g) Teh hangat
h) Jeruk hangat
i) Es Joshua
j) Es extra joss
k) Es tomat
l) Kopi
m) Kopi susu

Macam-macam lauk pauk :
a) Ayam dan Ikan
(1) Ayam goreng
(2) Ayam crispy



(3) Tongkol
(4) Telur
b) Sayuran
(1) Tewel
(2) Terong
(3) Lodeh
(4) Cambah
(5) Bayem
(6) Kacang panjang
(7) Pakis
(8) Kubis

2) Promosi
Dengan memasang spanduk mengenai macam-macam makanan yang tersedia.
3) Tempat
Di samping Universitas Jember Fakultas Sastra Jalan Jawa VII/15 Jember.
4) Harga
Makanan dan minuman :
a) Nasi campur :4000
b) Nasi pecel :3000
c) Nasi kare :4000
d) Nasi rawon :5000
e) Es the :1500
f) Es jeruk :2000
g) The hangat :1500
h) Jeruk hangat :2000
i) Es Joshua :3000
j) Es extrajoss :2000
k) Es tomat :1500
l) Kopi :2000
m) Kopi susu :2000



5.2 Rencana Produksi

Dengan melakukan pembelanjaan setiap hari pada bahan baku yang tidak di olah ulang seperti lauk pauk dan juga sayuran,pada penjualan miniman yang di simpan itu didapatkan dari pemasook minuman tersebut. Di lakukan agar bahan baku dapat terpakai secara optimal dan warung tersebut tidak mengalami kerugian.

Tenaga kerja yang ada di warung tersebut terdiri dari keluarga sendiri dan ditambah 1 karyawan. Teknologi yang digunakan masih menggunakan teknologi yang sederhana seperti :
a) Kompor gas
b) Magic com
c) Alat penggorengan dan alat dapur lainnya
Dalam pengaturan ruangan di warung tersebut telah cukup baik.Karena telah menyediakan meja makan,kursi yang ditata secara dekoratif.

Mesin dan perlengkapan yang digunakan pada warung Mak No antara lain sebagai berikut :
a. kompor gas
b. magicom
c. alat penggorengan dan alat dapur

Di warung Mak No terdapat gudang penyimpanan yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan perlengkapan di warung yaitu lemari es dan tempat penyimpanan besar.

Masakan di warung Mak No cukup baik dalam memasak. Bahan makanan yang digunakan bahan-bahan tradisional dan alami. Penjaminan mutu terhadap pengolahan makanan di warung tersebut cukup higenis dan tempat penyimpanan peralatan di warung Mak No cukup bersih. Dua penjaminan mutu mengenai penyajiannya terhadap pelanggan sudah baik.

Untuk sampah-sampah yang ada di buang di tempat sampah yang telah disediakan. Kemudian di angkut oleh petugas sampah. Jadi,lingkungan tetap terjaga kebersihannya.
5.3 Rencana keuangan
kondisi keuangan dan permodalan
-Modal kerja
Modal kerja berasal dari milik sendiri senilai Rp2.000.000,00 dengan rincian :
-Rombong = Rp1.500.000,00
-Lauk = Rp250.000,00
-Beras =Rp250.000,00
Kondisi keuangan dan permodalan
Modal tiap hari = Rp500.000,00 dengan rencana pembelanjaan sebagai berikut :
-Beras 15kg = Rp.102.000,00
-ikan =
-Tongkol = Rp50.000,00
-Ayam 5kg = Rp35.000,00
-Telur = Rp50.000,00
-Daging 1kg = Rp60.000,00
-Tempe = Rp5.000,00
Sayur
-Tewel = Rp5.000,00
-Terung = Rp5.000,00
-Lodeh = Rp5.000,00

-Kecambah = Rp5.000,00
-Bayam = Rp5.000,00
-Kacang panjang = Rp5.000,00
-Pakis =Rp5.000,00
-Kubis = Rp5.000,00
-Aneka macam rokok = Rp100.000,00
Aneka macam minuman = Rp50.000,00

Pendapatan kotor yang dapat diperoleh dalam sehari kurang lebih Rp750.000,00. Pendapatan bersihnya kurang lebih Rp750.000,00 - Rp500.000,00 = Rp250.000,00.
Struktur organisasi di warung Mak No sangat sederhana karena hanya tediri dari 4 orang, yaitu Mak No sendiri sebagai pemilik warung dan ketiga karyawannya yang membantu dalam hal belanja kebutuhan warung, memasak dan juga ikut membantu melayani pembeli. Dan tidak ada pembagian yang jelas dalam keseluruhan proses kegiatan di warung Mak No, semuanya saling melengkapi dan saling membantu satu dengan yang lainnya.

5.4 Rencana Terhadap Resiko Usaha

Usaha warung makan termasuk dalam usaha kecil dalam mendirikan usaha kecil tidak membutuhkan modal yang besar seperti mendirikan sebuah industri, meskipun memiliki modal yang kecil, sebuah usaha tentu memiliki resiko yang relatif kecil. Resiko utama adalah mendapat kerugian karena makanan yang dijual tidak laku.
Meskipun pembeli sebagian besar adalah mahasiswa yang setiap hari membeli makanan di warung Mak No, namun kadang-kadang makanan yang dijual tidak habis karena pembeli tidak menentu dalam setiap harinya. Sehingga sisa makanan yang tidak laku tidak dapat di jual kembali dan terpaksa harus di buang dan menyebabkan kerugian.
Resiko kedua yang dimungkinkan terjadi adalah semakin banyak persaingan dalam usaha warung makan tersebut. Yang mengakibatkan pendapatan menurun karena pelanggan seringkali beralih ke warung lain yangmungkin lebih enak atau lebih murah.

Pembeli mengalami penurunan disebabkan beberapa faktor yaitu salah satunya adalah ketika hari libur kuliah mahasiswa tidak banyak yang membeli diwarung Mak No. untuk mengurangi resiko rugi dengan melihat situasi dan kondisi. Apa bila bertepatan dengan hari libur maka makanan yang dijual dikurangi dari porsi yang seperti biasa namun apa bila dalam masa perkuliahan makanan yang dijual banyak.

Sedangkan untuk mengantisipasi resiko yang kedua yaitu resiko karena persaingan diantara sesama warung makan yaitu Mak No berusaha memberikan kualitas makanan yang baik dengan harga yang relative murah da selain itu warung Mak No juga sangat mengutamakan kualitas pelayanannya serta selalu menjaga kebersihan warungnya, hal itu tak lain adalah agar para pelanggannya tetap betah membeli makanan di tempatnya Mak No dan untuk menarik minat pelanggan baru. Karena tidak dapat di pungkiri bahwa para pelanggan yang membeli makanan di suatu tempat juga mempertimbangkan pelayanan yang disuguhkan terhadap para pelanggan tersebut. Hal lainnya adalah kebersihan, semua orang menyukai kebersihan. Jadi secara otomatis para pelanggan warung makan ini juga akan lebih betah dan akan lebih mengutamakan warung makan yang bersih, baik tempat ataupun makanannya. Oleh karena itu warung makan Mak No sangat memperhatikan dua hal tersebut di atas yaitu pelayanan dan kebersihan.
5.5 Rencana Legalitas
Usaha warung yang ada di warung Mak No akan terus dikembangkan. Untuk sekarang warung Mak No belum memiliki status badan usaha. Untuk kedepannya warung Mak No akan terus dikembangkan dan jika warng Mak No sudah lebih besar lagi nanti akan dibuatkan status badan usaha yang dicantumkan dalam catatan pemerintah




BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari observasi yang telah dilakukan tenyata warung Mak No memang digemari oleh kalangan mahasiswa, yaitu selain harganya yang terjangkau, makanannya juga berkualitas dan menyediakan berbagai macam makanan . meskipun harga yang di tawarkan terjangkau namun warung Mak No tidak mengalami defisit dalam hal finansial karena warung Mak No telah memiliki strategi dalam mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi pada warung Mak No salah satunya yaitu mengurangi belanja dan masakannya pada waktu hari libur kuliah. Karena sebagian besar pelanggan Mak No adalah mahasiswa jadi untuk mengantisipasi masakan yang berlebihan dan tersisa banyak hal itu sangat perlu dilakukan.
Dan dengan melakukan pembelanjaan setiap hari pada bahan baku yang tidak di olah ulang seperti lauk pauk dan sayuran sehingga terjaminnya kualitas lauk pauk dan sayuran tersebut. Di warung Mak No sisa makanan seperti lauk pauk dan sayuran yang tidak habis terjual akan di buang ato di konsumsi keluarga Mak No sendiri sehingga setiap hari bahan baku yang di olah selalu baru dan masih segar

6.2 Saran
Warung Mak No merupakan warung yang sangat digemari oleh Mahasiswa Unej.Untuk itu perlu pengembangan warung yang lebih besar lagi.Karena warung Mak No merupakan warung yang sangat berpotensi untuk usaha berjualan makanan.Jika warung Mak No berhasil dikembangkan menjadi warung yang lebih besar lagi.Maka potensi yang sekarang ada ini akan lebih termanfaatkan secara maksimal.











DAFTAR PUSTAKA


Amstrong, Gary & Philip, Kotler (1996) Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan, Prenhalindo, Jakarta.

Basu, Swastha dan T. Hani Handoko (1999) Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Ke-VIII, Liberty, Yogyakarta.

Budi,Santoso (2000) Realeastat Indonesia Sebuah Konsep Ilmu & Problema Pengembang. School of Real Estate, Jakarta.

Engel, J.F., Backwell, Roger D., & Paul W. Miniard (1995) Perilaku Konsumen. Jilid II, Alih Bahasa Budiono FX, Binarupa Aksara, Jakarta.

Husein, Umar (1999) Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Edisi revisi, Gramedia, Jakarta.

Jafee,Austin J., & C.F. Sirmans (1986) Fundamentals Of Real Estate Investment, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Kotler, Philip (1999) Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi 11, Jilid 1, Diterjemahkan oleh Hendra Teguh dan Rusli, Prenhalindo, Jakarta.

Kotler, Philip, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, & Chin Tiong Tan (1996). Marketing Management An Asian Prespective. Prentice Hall, Singapore.

Li Ling Hin (1992) The Official Land Value Appraisal System Under The Land Use Rights Reform In China. The Appraisal Journal, January.

Loudon, D.L., & A.J.D. Bitta (1993) Consumer Behavior : Concept and Application. Fourth edition, Mc Grew Hill , Singapore.

Ramsland, Jr. dan Markham (1998) Market Supported Adjustments Using Multiple Regression Analysis. The Appraisal Journal, April.

Rhenald, Kasali (1998) Membidik Pasar Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

No comments: